Publik tanah air kembali dikejutkan dengan kabar penangkapan pejabat tinggi negara dalam operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kali ini, yang menjadi sorotan adalah Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, yang diamankan pada Kamis malam, 21 Agustus 2025. Penangkapan tersebut menambah daftar panjang pejabat publik yang terjerat kasus dugaan korupsi di Indonesia sepanjang tahun ini.
Berdasarkan informasi awal yang disampaikan juru bicara KPK, OTT ini terkait dugaan praktik pungutan liar dalam proses sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sertifikasi tersebut merupakan salah satu syarat penting bagi perusahaan agar bisa melanjutkan kegiatan operasional sesuai standar yang berlaku. Namun, ada indikasi kuat bahwa proses sertifikasi dimanipulasi melalui pembayaran “uang pelicin” agar bisa lebih cepat dan lancar. Immanuel diduga menjadi pihak yang terlibat langsung dalam aliran dana tersebut bersama sejumlah bawahannya.
Penangkapan dilakukan setelah tim KPK melakukan pemantauan selama beberapa pekan terakhir. Operasi di Jakarta dan sekitarnya akhirnya membuahkan hasil dengan diamankannya Immanuel dan sepuluh orang lainnya. Dalam operasi tersebut, tim penyidik juga menyita sejumlah barang bukti berupa dokumen, ponsel, serta uang tunai yang diduga hasil transaksi. KPK memiliki waktu 24 jam untuk menentukan status hukum dari semua pihak yang tertangkap tangan dalam operasi ini.
Kasus ini sontak menimbulkan reaksi keras dari publik. Di media sosial, nama Immanuel Ebenezer langsung menjadi trending topic. Banyak pihak yang menyayangkan terjadinya dugaan praktik korupsi di kementerian yang berhubungan langsung dengan tenaga kerja dan dunia industri. Apalagi, sertifikasi K3 sejatinya dibuat untuk menjamin keselamatan pekerja, bukan dijadikan lahan pungutan liar. Sejumlah serikat buruh bahkan menyuarakan kekecewaan mendalam dan mendesak agar kasus ini diusut tuntas tanpa pandang bulu.
Pakar hukum tata negara menilai penangkapan ini bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem sertifikasi K3. Selama ini, banyak perusahaan mengeluhkan proses yang rumit dan berbelit, sehingga membuka celah bagi praktik korupsi. Dengan adanya kasus ini, pemerintah diminta segera memperbaiki mekanisme sertifikasi agar lebih transparan, digital, dan bebas dari pungutan liar. “Ini saatnya pemerintah melakukan digitalisasi penuh, supaya ruang-ruang pungli bisa ditutup,” ujar salah seorang pengamat.
Dampak politik dari kasus ini juga diprediksi cukup besar. Immanuel Ebenezer dikenal sebagai figur publik yang sering tampil di media dan memiliki kedekatan dengan sejumlah tokoh politik. Penangkapannya tentu akan memengaruhi citra kementerian, sekaligus menambah tekanan pada kabinet. Pemerintah pusat belum memberikan komentar resmi selain menyatakan bahwa mereka menghormati proses hukum yang sedang berjalan di KPK.
Kini, masyarakat menunggu langkah selanjutnya dari KPK. Apakah Immanuel akan ditetapkan sebagai tersangka atau masih berstatus saksi, semuanya akan ditentukan dalam waktu dekat. Yang jelas, kasus ini sekali lagi menegaskan bahwa praktik korupsi masih menjadi penyakit kronis di tubuh birokrasi Indonesia, bahkan di level wakil menteri sekalipun. Publik berharap kasus ini menjadi peringatan keras bagi pejabat lain